Peran Guru dalam Mencerdaskan Bangsa (Sebuah Paradigma Baru)
Menjadi seorang guru, akhir-akhir ini
banyak menjadi sorotan di masyarakat. Betapa tidak, sebagian besar guru
telah memperoleh “penghargaan” berupa dana sertifikasi yang banyak
membuat iri pegawai pemerintah yang lain. Tak mengherankan pula jika
profesi guru khususnya di daerah belakangan ini kembali diminati dan
banyak orang tua yang menyarankan anaknya untuk melanjutkan pendidikan
di jurusan kependidikan.
Guru memang seperti profesi yang
menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya profesi ini juga muncul
kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada bangsa. Kondisi
bangsa kita yang sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak
permasalahan multi dimensi tentunya membutuhkan modal dan pemecahan
terhadap semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga
antarpelajar, kemerosotan moral, kemiskinan, kesenjangan sosial dan
pergeseran budaya merupakan contoh dari permasalahan tersebut. Inilah
kewajiban para guru untuk menyiapkan modal untuk kemajuan bangsa dan
membangun kembali sumber daya manusia/generasi penerus yang lebih baik
dari kondisi sekarang.
Jika kita renungkan berbagai
permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak hanya membutuhkan
generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi saja. Lebih utama dan terpenting adalah bangsa membutuhkan
generasi penerus yang memiliki karakter baik, salah satunya yaitu
karakter yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tetapi
mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Karakter yang baik ini
tidak bisa dipisahkan dari yang disebut dengan kebaikan hati. Mengapa?
Karena karakter yang baik akan selalu ada pada setiap manusia yang memiliki kebaikan hati.
Ada salah satu hadist Rosululloh yang intinya bahwa Di
dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka
baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka buruklah semuanya. Dan segumpal
daging itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk karakter pastilah tidak lepas dari hati.
Menurut Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab: Himpunan
pengalaman, pendidikan, dan lain-lain menumbuhkan kemampuan di dalam
diri kita, sebagai alat ukir paling dalam hati manusia yang mewujudkan
baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi
pekerti. Jelas sekali bagi kita bahwa karakter dan kecerdasan
hati adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita ingin
memberikan pendidikan karakter maka harus dengan hati.
Dengan kata lain untuk menyiapkan
generasi penerus, peran guru tidak hanya membekali dengan kecerdasan
intelektual yang identik dengan kecerdasan otak tetapi juga kecerdasan
hati untuk berbuat kebaikan. Nah, menurut penulis inilah yang menjadi
paradigma baru dalam perkembangan peran guru untuk mencerdaskan bangsa.
Ketika selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna
sempit yaitu sebatas kecerdasan intelektual/kecerdasan otak maka
sekarang inilah harus dibukakan pemikiran kita bahwa masih harus ada
yang dicerdaskan dari generasi penerus bangsa yaitu kecerdasan hati.
Menurut saya pribadi bisa dikatakan bahwa roh dari pendidikan karakter
yang telah dicanangkan adalah bagaimana kita mampu memberikan kecerdasan
hati kepada peserta didik.
Selanjutnya, bagaimanakah cara guru
mencerdaskan otak dan hati? Sebelum membahas caranya, mungkin kita perlu
membuat kesamaan konsep tentang apakah itu kecerdasan otak dan
kecerdasan hati
Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Hati
Kecerdasan otak mungkin lebih mudah
dipahami jika dihubungkan dengan pikiran manusia. Ilmu pengetahuan,
teknologi, sains merupakan ilmu yang dicerna manusia melalui pikiran dan
berhubungan dengan kerja otak.
Sedangkan kecerdasan hati berhubungan
dengan perasaan, dan karakter seseorang. Bagaimana kemampuan seseorang
mengelola perasaannya akan mempengaruhi karakternya. Inilah yang
dimaksud dengan kecerdasan hati. Jika seseorang mampu mengelola
perasaannya menuju kebaikan artinya ia telah memiliki hati yang cerdas
dan mampu membentuk karakter yang baik pula.
Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Otak ?
Peran guru dalam mencerdaskan otak
peserta didiknya lebih banyak berhubungan dengan kompetensi profesional
dan pedagogik guru. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru
dalam mencerdaskan peserta didiknya, yaitu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Secara langsung artinya cara yang
langsung dirasakan oleh peserta didik. Pada era globalisasi sekarang ini
pembelajaran tidak lagi terbatas dalam konteks kelas yang sempit. Guru
dapat memberikan ilmu melalui fasilitas di internet seperti blog yaitu
dengan memposting materi pelajaran yang memperkaya pengetahuan siswa
diluar pembelajaran di kelas. Selain itu guru juga dapat memberikan soal
ulangan di blog tersebut seperti dicontohkan pada blog omjay www.wijayalabs.com.
Dengan mempelajari materi dan soal untuk berlatih apalagi yang menarik
tentunya akan membuat otak berpikir. Dan berpikir artinya menggunakan
otak kita. Semakin diasah otak dengan berpikir maka akan merangsang otak
semakin cerdas
Secara tidak langsung yaitu dengan
meningkatkan kompetensi guru sendiri baik. Contohnya dengan peningkatan
pengetahuan, penguasaan keilmuannya (materi) dan peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukannya, baik melalui penggunaan media
pembelajaran, model pembelajaran bervariasi ataupun penelitian tindakan
kelas (PTK). Peningkatan kompetensi guru ini dapat dilakukan dengan
banyak mencari informasi dari berbagai sumber baik buku/literatur maupun
dari internet seperti dalam blog www.wijayalabs.com .
Dalam blog ini banyak dituliskan pengalaman penulis yang sangat menarik
sehingga membuat para pembaca (guru) ikut termotivasi dengan
tulisan-tulisan tersebut (termasuk saya sendiri). Blog ini juga dapat
sebagai barometer perkembangan pendidikan bagi para guru di daerah.
Tentunya dengan informasi-informasi yang selalu up to date di blog ini akan memotivasi para guru untuk menambah pengetahuannya. Atas beberapa manfaat tersebut tentunya kita berharap www.wijayalabs.com akan semakin kaya dengan tulisan-tulisan untuk berbagi ilmu dengan para guru.
Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Hati ?
Ada kata-kata bijak:
“We cannot teach what we want, we only teach what we are”
Artinya : kita tidak bisa mengajarkan
apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa mengajarkan sebagaimana
apa adanya diri kita.
Mengajarkan kecerdasan hati sangatlah
sulit jika guru itu sendiri juga belum memiliki kecerdasan hati. Sosok
guru sejati yang dapat mengajarkan kecerdasan hati adalah seorang guru
yang nasehat, tindakan, perilaku dan sikapnya mencerminkan ketulusan
hati, keikhlasan, kesungguhan hati dan kebermanfaatan bagi anak
didiknya. Membentuk karakter baik siswa, pada hakekatnya adalah
bagaimana seorang guru mampu mengajarkan kecerdasan hati.
Kesungguhan kita dalam menjalankan kewajiban sebagai guru tidak akan lepas dari apa yang ada di dalam hati kita.
Nah, ini sedikit bercerita tentang
pengalaman saya pribadi mengapa akhirnya menjadi guru. Dari latar
belakang pendidikan sarjana, sebenarnya saya berasal dari ilmu murni
(non kependidikan). Selesai kuliah saya mendapatkan pekerjaan menjadi
pengajar di salah satu universitas swasta di Jawa Timur. Saya merasa ada
yang kurang saat mengajar para mahasiswa tersebut. Ada rasa tidak puas
ketika saya hanya menyampaikan materi kuliah tanpa ada pembelajaran lain
yang lebih humanis, mengarahkan kepada perkembangan individu. Saya
tidak puas ketika para mahasiswa tidak antusias dengan materi yang saya
sampaikan. Pada saat itu saya merasa membutuhkan teknik pembelajaran
yang menyenangkan bagi meeka. Saya teringat dengan perkataan guru SMA
dulu, yang kurang lebih intinya: “Dosen belum tentu bisa menjadi guru”.
Dan sejak saat itu ada keinginan dari hati saya untuk bisa menjadi guru
yang tidak hanya mengajar, tetapi membimbing, memotivasi siswa agar
semangat untuk belajar dan meraih kesuksesan serta memberikan pencerahan
untuk meraih impian mereka. Dan ternyata Tuhan akhirnya memberikan
kesempatan kepada saya untuk belajar menjadi “seorang guru”. Kesempatan
yang sangat saya syukuri karena Tuhan telah membuat saya bermanfaat bagi
anak didik dalam meraih bintang-bintang yang mereka impikan,
mendampingi mereka dalam suka duka meraih asa dan kesempatan untuk
belajar dari mereka.
Sedikit ngelantur ya ceritanya, tetapi
inti cerita tersebut adalah kesungguhan dan ketulusan hati dalam
menjalankan kewajiban sebagai guru tentunya akan dapat dirasakan/dilihat
oleh peserta didik kita. Ketulusan dan keikhlasan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya akan menarik hati peserta didik, akan menggerakkan
hati mereka untuk mendengarkan petunjuk, mentaati nasehat dari guru
mereka. Karena kecerdasan hati hanya dapt diajarkan melalui hati.
Kunci Utama Keberhasilan Guru dalam Mencerdaskan Bangsa
Dalam mencerdaskan bangsa (kecerdasan
otak dan hati) ada kunci utama sebagai seorang guru yang dirumuskan oleh
Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Ing ngarso sung tulodo
di depan memberi teladan. Guru sebagai teladan sangat dibutuhkan untuk
memberi contoh kebiasaan-kebiasaan baik yang akan menbentuk karakter
peserta didiknya.
Ing madyo mangun karso, di tengah membangun kreativitas. Seorang guru juga harus kreatif. Pembuatan blog oleh guru contohnya www.wijayalabs.com akan
membuat anak didik termotivasi untuk memanfaatkan teknologi untuk
hal-hal yang positif, memotivasi mereka untuk meningkatkan
pengetahuannya. Penggunaan media pembelajaran yang kreatif oleh guru
juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Terakhir tut wuri handayani, di
belakang memberi dukungan. Guru harus mampu memberikan dukungan
motivasi ketika di belakang. Seorang guru pada masa ini dituntut mampu
menjadi motivator bagi anak didiknya karena tanpa adanya motivasi
seringkali para siswa malas bahkan tidak memahami tujuannya ke sekolah
(belajar).
Akhirnya dari tulisan ini saya
menyimpulkan bahwa dalam mencerdaskan bangsa maka seorang guru harus
mampu menjadi penyampai ilmu dan penyejuk qolbu (hati). Artinya seorang
guru harus mampu menyampaikan ilmu baik secara langsung (ceramah) atau
secara tidak langsung melalui metode pembelajaran tertentu. Dan seorang
guru juga harus mampu menjadi sosok pribadi yang menyejukan hati peserta
didiknya dan membawa mereka menuju kebaikan hati dan karakter.
Semoga bermanfaat dan silahkan memberi masukan untuk saling berbagi ilmu.