NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK
SODOR UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR
Oleh: Dr. Widyo Nugroho
Akademi Komunikasi Media Radio Televisi dan Periklanan GLOBALMEDIA
1. Pendahuluan :
Perubahan kondisi sosial-ekonomi yang dipacu
oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, membawa serta
peruban–perubahan dalam cara berpikir, cara menghadapi hidup dan kehidupan ini.
Salah satu perubahan terlihat dengan semakin memudarnya rasa kemanusiaan, empati
dan saling menghargai pada sesama manusia, belum lagi memudarnya sikap
disiplin, jujur, rasa nasionalisme, kurang menghargai budaya lokal, atau pun
primordialisme yang tak terkendali.
Fenomena negatif ini juga menular, tumbuh dan
menyebar di lingkungan pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan
seluruh potensi peserta didik (kognitif, afektif, psikomotor). Kenyataan
pendidikan bahwa kemampuan yang dikembangkan tepusat pada hafalan pengetahuan,
potensi lain seperti kognitif tinggi (berpikir) nilai/sikap dan kebiasaan serta
ketrampilan psikomotorik tidak mendapatkan perhatian selayaknya
Berbagai perilaku siswa, seperti: mencontek; tawuran atau
pergaulan bebas terjadi di berbagi kalangan di Indonesia.. Misalnya, data
menunjukkan bahwa sebanyak 4,7 % dari total pelajar dan mahasiswa di Indonesia
adalah pengguna narkoba, dan
Badan Narkotika Nasional memperkirakan tahun 2015 akan meningkat sebanyak 2,8 % Belum lagi data
mengenai kekerasan di lingkungan sekolah yang menduduki peringkat kedua dalam
penanganan kasus kekerasan pada anak.
Melihat kondisi demikian,
Pemerintah memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pemerintah
melalui mengeluarkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2015, yang menjadi salah satu arus utama pembangunan nasional. Kita sadari,
pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu, ketrampilan, dan teknologi, tetapi
juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya; kepribadianm etik, moral dan
lain-lain.
|
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
2. Tinjauan Pustaka
- Pendidikan karakter
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008), merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain.
Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang
terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara
koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta
olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Sementara Pusat
Kurikulum-Balitbang-Kementrian Pendidikan Nasional dalam Pedoman Sekolah
Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa mengemukakan bahwa karakter
adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak.
Kementerian
Pendidikan Nasional merumuskan definisi karakter, dengan merujuk pada Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu
nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku. Sedangkan, karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif
kebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil dari olah pikir, olah
hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Menurut Elkind & Sweet
(2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help
people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think
about the kind of character we want for our children, it is clear that we want
them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and
then do what they believe to be right, even in the face of pressure from
without and temptation from within”
Pada latar makro, program pengembangan
nilai/karakter dapat digambarkan sebagai berikut

Pada konteks mikro, pendidikan karakter berpusat
pada satuan pendidikan formal dan nonformal secara holistik. Satuan
pendidikan formal dan nonformal merupakan wilayah utama yang secara optimal
memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk
menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus
proses pendidikan karakter. Pendidikan seharusnya melakukan upaya
sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan
karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Secara mikro pengembangan
karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di
kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan
formal dan nonformal; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler,
serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
B.
Permainan
tradisional
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan
permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat
tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan
sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan
dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun
sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah
terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb.
Dalam pelaksanaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsur-unsur
permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan
memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lajim disebut
sebagai seni tradisional
Permainan
Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur
untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan
anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno,
1999), memberikan manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan
kekayaan budaya bangsa (Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh
kembang anak (Krisdyatmiko, 1999). Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti
(Iswinarti, Simposium Nasional, 2005) bahwa permainan anak tradisional
mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual, sosial, emosi,
dan kepribadian anak
Permainan tradisional merupakan kekayaan khasanah
budaya lokal, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani. Jika dihitung mungkin terdapat lebih dari ribuan jenis permainan yang
berkembang di negara kita, yang merupakan hasil pemikiran, kreativitas,
prakarsa coba-coba, termasuk hasil olah budi para pendahulu kita, yang jika
didokumentasikan akan sangat mencengangkan kita. Pertanyaannya, kemanakah semua
jenis permainan tradisional tersebut? Ketika anak anak kita tengah
gencar-gencarnya diserbu oleh permainan modern melalui tayangan televisi,
justru permainan tradisional dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah
dewasa ini sudah tidak dikenal dan tidak diperkenalkan lagi oleh para guru
penjas
Gobak
sodor merupakan salah satu jenis permainan rakyat yang sangat populer di
kalangan masyarakat jawa. Kata gobak sodor berasal dari kata gobak yang berarti
bergerak dengan bebas dan sodor yang berarti tombak tanpa mata tombak tajam.
Sodor yang dimaksud dalam permainan ini adalah penjaga garis sumbu atau garis
sodor yang membagi lapangan atau arena permainan menjadi dua. Sedang garis
sodor merupakan lalu lintas si sodor untuk mempersempit ruang gerak para pemain
yang sedang mentas sehingga mudah menyentuhnya. Lawan yang sudah tersentuh oleh
sodor dianggap mati. Karena permainan gobak sodor merupakan permainan kelompok,
maka apabila mati satu berarti mati semua karena tidak ada sistem menggantikan.
Permainan gobag sodor adalah sebuah permainan grup
yang terdiri dari dua grup. Cara melakukan permainan ini yaitu dengan membuat
garis-garis penjagaan dengan kapur berbentuk kotak-kotak. Gobag sodor terdiri
dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang atau lebih. Aturan mainnya
adalah mencegah lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara
bolak-balik. Untuk menentukan siapa yang juara adalah seluruh anggota tim harus
secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah
ditentukan. Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan,
caranya yang dijaga adalah garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas
vertikal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk
menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang
sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapatkan tugas
untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan
garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. (www.
permata-nusantara.blogspot.com).
3. Metode Penelitian
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis secara empirik tentang pengembangan
budaya lokal dalam menunjang pendidikan karakter di sekolah pada jenjang
pendidikan dasar. Kajian ini menggunakan teknik pendekatan deskriptif analisis
melalui observasi survey lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan dengan
menggunakan instrument berupa pedoman wawancara, dan kuesioner, juga digunakan
dokumentasi untuk mendukung kajian ini
Teknik pengumpulan data terdiri atas : 1).
Kuesioner, yang disebarkan kepada:
Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa.
2). Wawancara mendalam, yaitu
wawancara dalam suasana informal yang dilakukan secara berulang pada informan
yang sama dengan pertanyaan semakin terfokus, sehingga diperoleh data yang
semakin rinci. Wawancara ini sering
dikenal sebagai in-depth interview,
yang dilakukan terhadap: a) Kepala sekolah; b)
Guru; dan c) Siswa;. 3).Mendokumentasikan, yaitu membuat
dokumentasi film tentang permainan gobak sodor yang dilakukan
instrument yang
digunakan, ada 15 (lima belas) nilai-nilai karakter siswa yang dianalisis dari
kumpulan data lapangan yang diperoleh pada setiap responden.
Tabel 1
Daftar
Nilai-nilai Karakter yang Dianalisis
HUBUNGAN NILAI
|
NO
|
NILAI-NILAI
KARAKTER
|
Hubungan dengan Diri Sendiri
|
1
|
Nilai Jujur
|
2
|
Nilai Bertanggung Jawab
|
|
3
|
Nilai Bergaya Hidup Sehat
|
|
4
|
Nilai Disiplin
|
|
5
|
Nilai Kerja Keras
|
|
6
|
Nilai Percaya Diri
|
|
7
|
Nilai Mandiri
|
|
8
|
Nilai Ingin Tahu
|
|
Hubungan dengan Sesama
|
9
|
Nilai Sadar akan Hak & Kewajiban diri dan
orang lain
|
10
|
Nilai Patuh pada aturan-aturan social
|
|
11
|
Nilai Santun
|
|
12
|
Nilai Demokratis
|
|
Hubungan
dengan Lingkungan
|
13
|
Nilai Peduli Lingkungan & Peduli Sosial
|
Nilai
Kebangsaan
|
14
|
Nilai Nasionalis
|
15
|
Nilai Menghargai Keberagaman
|
- Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional gobak
sodor meliputi: (1) Nilai yang
berhubungan dengan diri sendiri.
No
|
Nilai
|
Implementasi
Dalam Permainan
|
1
|
Jujur
|
Jika berada dalam kelompok yang mentas
mengakui jika tersentuh lawan atau melewati batas mati. Dan jika berada dalam
kelompok jaga garis, tidak berbuat curang dengan keluar dari garis penjagaan.
|
2
|
Bertanggung
jawab
|
Melakukan tugas jaga garis dengan baik
sesuai perannya masing-masing, sebagai anggota kelompok yang menjaga garis
horizontal ataupun jaga garis vertikal.
|
3
|
Bergaya
hidup sehat
|
Sebagai anggota tim yang menjaga garis
berlari mengejar lawan dan sebagai
anggota kelompok yang mentas harus menghindari sentuhan lawan merupakan
kegiatan yang memerlukan tenaga sama seperti kegiatan berolahraga.
|
4
|
Disiplin
|
Anak-anak mematuhi
ketentuan dan peraturan dalam permainan gobak sodor.
|
5
|
Kerja
keras
|
Anak-anak berusaha keras
menerobos garis-garis yang dijaga lawan untuk mendapatkan nilai dan
kemenangan. Kerja keras ditunjukkan kelompok yang sedang jaga garis dengan
berusaha mengejar anggota kelompok yang sedang mentas untuk menyentuhnya agar
keadaan menjadi berbalik.
|
6
|
Percaya
diri
|
Ketika mulai bermain
anak-anak tidak pernah berpikir untuk kalah duluan, mereka yakin terhadap
kemampuannya untuk menang dan dengan berani menghadapi lawan dalam permainan.
|
7
|
Berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif
|
Gobak sodor merangsang
aktivitas berpikir menentukan strategi untuk menerobos garis penjagaan lawan,
melihat situasi dan kondisi mengambil kesempatan, mengecoh lawan dan
memikirkan bagaimana cara memperoleh kemenangan tanpa tersentuh penjaga
garis.
|
(2)
Nilai yang berhubungan dengan sesama.
No
|
Nilai
|
Implementasi dalam permainan
|
1
|
Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
|
Sikap
tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi hak diri sendiri dan
orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain dalam
permainan. Melintas di garis yang telah dibuat adalah kewajiban penjaga
garis, dan hak anggota kelompok yang mentas melewati garis penjagaan tersebut
melalui jalur manapun selama masih dalam arena permainan gobak sodor.
|
2
|
Patuh
pada aturan-aturan sosial
|
Sikap
menurut dan taat pada aturan-aturan permainan serta keputusan bersama yang
telah disepakati bersama dalam bermain.
|
3
|
Menghargai
karya dan prestasi orang lain
|
Menerima
kekalahan dan menghargai kemenangan tim lawan.
|
4
|
Demokratis
|
Anak-anak
berunding menentukan permainan yang akan dimainkan, membagi anggota kelompok
dengan hompimpah dan menetukan kelompok pertama yang mentas dengan suit
antara ketua kelompok.
|
(3)
Nilai yang berhubungan dengan lingkungan,
No
|
Nilai
|
Implementasi dalam Permainan
|
1
|
Peduli
lingkungan dan peduli sosial
|
meski tidak selalu dilakukan
di luar ruangan namun permainan tradisional yang sangat dekat dengan
unsur-unsur alam, baik dalam hal tempat bermain seperti gobak sodor maupun
alat-alat permainan yang digunakan dalam permainan tradisional lainnya,
berperan penting dalam mendekatkan manusia dengan dunia alamiahnya dan
mendatangkan pengertian yang lebih dalam tentang tempat yang mereka jadikan
tempat tinggal ini sebagai pengetahuan ekologi yang bukan hanya sebagai ilmu
pengetahuan, tetapi juga sebagai jiwa dari kehidupan.
|
(4)
Nilai kebangsaan.
No
|
Nilai
|
Implementasi dalam Permainan
|
1
|
Nasionalis
|
Dengan
sering memainkan permainan tradisional seperti gobak sodor, anak-anak ikut
melestarikan salah satu kebudayaan bangsa.
|
2
|
Menghargai
keberagaman
|
Dalam
bermain gobak sodor anak-anak tidak memandang hal-hal yang berkaitan dengan
golongan ataupun kasta, agama, usia, warna kulit dan sebagainya.
|
- Kesimpulan dan saran
Gobag
sodor merupakan salah satu permainan rakyat yang dapat menjadi sumber tata
nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Selain pendidikan nilai-nilai budaya
di masyarakat, atau pendidikan dirumah dan juga proses pembelajaran di sekolah
Penelitian
ini masih bisa dikembangkan lagi karena terbentuknya karakter pada anak-anak
banyak dipengaruhi oleh factor lain
- Daftar Pustaka
4. Desain Induk Pendidikan Karakter, Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010:7.
5. Iswinarti. (2005). Identifikasi permainan tradisional Indonesia. Laporan
hasil survey. Malang: Fakultas Psikologi UMM
6. Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa, 2010:10Direktorat Pembinaan SMP-Ditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Pendidikan
7. Karakter di Sekolah Menengah Pertama: Panduan, Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010:13
8. Krisdyatmiko, (1999). Dolanan anak:
Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan
International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM
9. Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, Badan Penelitian & Pengembangan-Pusat
Kurikulum, Kemdiknas, 2010:3
10. Sedyawati, E. (1999). Permainan Anak-anak
sebagai Aspek Budaya. Editor: Krisdyatmiko. Dolanan anak: Refleksi budaya
dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan International
Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.
BalasHapusThank you for the information
http://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/