Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
Pesona yang Berbisa
(Penyebab-penyebab Terjadinya
Degradasi Moral Bangsa)
Oleh: Dr. Bambang Wahyudi, SKom., MMSI
A.
PENDAHULUAN
Ada istilah umum yang
sering diungkapkan orang, yaitu “dunia terus berputar.” Artinya, perubahan akan selalu ada, dan
setiap perubahan yang terjadi, selalu ada sisi positif dan sisi negatif,
tergantung dari sudut pandang yang menilainya. Tak terkecuali pada perubahan
budaya saat ini di mana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat cepat
berkembang.
Perubahan budaya yang disebabkan
perkembangan TIK saat ini sangat beragam, mulai dari skala individual hingga
skala internasional. Secara sederhana, dapat kita saksikan, bahkan kita rasakan
sendiri, bahwa kepercayaan diri seseorang akan berkurang bila ia ketinggalan
atau kehilangan handphone
(ponsel)nya. Suatu hal yang mungkin tidak terbayangkan ketika awal 1990an yang
ketika itu masih jaman telepon fix line
atau pesawat pager (penerima pesan,
semacam SMS saat ini, namun tidak dapat membalasnya/ no reply kecuali si penerima langsung menuju pesawat telapon untuk
menghubungi si pengirim).
Dalam sekelompok masyarakat
umum, budaya yang tebentuk antara lain, berhubungan melalui ponsel (percakapan
atau teks pesan singkat), melalui internet (chatting,
e-mail, jejaring sosial semacam
twitter dan facebook, dan lain-lain). Dalam sekelompok masyarakat komunitas
tertentu, misalkan komunitas penggemar motor gede (moge), mereka bisa saling
bertukar informasi dengan membuat satu situs (website) agar setiap anggota komunitasnya yang berada di berbagai
penjuru tempat di dunia ini bisa saling tetap berhubungan, tidak terikat jarak
dan waktu.
B.
DIGITALISASI DUNIA
Fenomena yang terjadi
saat ini adalah digitalisasi berbagai perangkat elektronik. Jika sebelumnya
kita kenal dunia analog (dalam bentuk transmisi sinyal televisi, radio, kamera,
dan sebagainya), maka pada saat ini peralatan elektronika tersebut mengarah ke
bentuk digital. Perbedaan keduanya bisa digambarkan sebagai hitam dan putih.
Jika teknologi analog di antara hitam dan putih masih banyak warna yang
mendekati keduanya (misalnya degradasi warna keabuan), maka pada teknologi
digital tidak ada warna keabuan itu, jadi kalau tidak hitam, pasti putih.
Kalau begitu, hasilnya lebih
bagus dalam teknologi analog dong ?,
benar, namun teknologi analog memerlukan dana dan peralatan yang lebih besar.
Contoh sederhana, film bioskop yang menggunakan teknologi analog, disimpan dalam
tape reel/ pita film yang ukurannya
cukup besar, sedangkan jika menggunakan teknologi digital, maka bisa disimpan
dalam CD atau flash disk atau SD card yang ukurannya jauh lebih kecil.
Belum lagi jika dilakukan proses editingnya, maka jauh lebih cepat dan lebih
efisien jika dilakukan jika format film tersebut dalam bentuk rekaman digital.
Teknologi
digital memanfaatkan ‘kedipan listrik.’ Arus listrik yang digunakan adalah 0
atau 5 volt (mati atau hidup, tidak ada aliran listrik atau ada, hitam atau
putih). Jika bohlam lampu listrik di rumah memiliki kecepatan arus 100Hz, maka
dalam setiap detik, bohlam itu mati dan hidup (berkedip) sebanyak 100 kali. Salah
satu tugas seorang peneliti yang bekerja di pabrik komputer adalah mendapatkan
cara bagaimana mempercepat kedipan tersebut. Bisa dengan cara mengubah
materialnya (menggunakan besi, tembaga, alumunium, serat fiber, atau yang
lainnnya, termasuk penggunaan bahan-bahan kimianya), bisa dengan cara mengubah
algoritma (prosedur kerja)nya dan sebagainya. Ini merupakan rahasia perusahaan.
Sebagai gambaran, kecepatan prosesor komputer saat ini sudah dalam hitungan GHz
(giga hertz) atau miliaran kedipan
per detik. Sulit untuk dibayangkan. Semakin cepat kedipan prosesor, maka
semakin cepat proses yang dikerjakannya. Silakan coba, misalkan kirim e-mail ke
Amerika, jika kita memerlukan waktu berjam-jam untuk ‘terbang’ ke sana, maka
dengan e-mail, hanya dalam hitungan detik ‘kita’ sudah sampai di sana. Oleh
karena itu, tidak akan heran jika kita amati di sekeliling kita saat ini, sudah
mulai sulit mendapatkan pita kaset, rol film untuk kamera, televisi analog, dan
semacamnya.
C.
PESONA DUNIA DIGITAL
Awalnya, komputer
dibuat untuk membantu menghitung (to
compute). Sebenarnya, bukan
komputernya yang pandai menghitung, melainkan orang yang ada di
belakangnya yang pandai membuat kode dan mendefinisikan kode-kode tersebut yang
disesuaikan dengan ‘sifat’ listrik. Dikenal istilah kode binar (binary digit atau bit) yang dilambangkan dengan angka 0 dan 1. Angka 0 digunakan ketika
perangkat elektronik tidak dialiri listrik (off),
dan angka 1 digunakan ketika perangkat listrik dialiri listrik (on). Jadi, pada dasarnya, komputer hanya
‘mengenal’ angka 0 atau 1 saja, titik. Rangkaian angka 0 dan 1 itu merupakan
bilangan basis dua. Bit inilah yang merupakan data terkecil di komputer.
Selanjutnya, berdasarkan kode
angka 0 dan 1 itulah banyak ahli memanfaatkannya menjadi sesuatu yang kini
mempesona dunia. Misalkan, jika kita memiliki kamera digital yang menghasilkan
foto berukuran 12 MP (mega pixel) itu
bisa diartikan, sebuah foto yang dihasilkannya berukuran sekitar 3.000 x 4.000
titik. Setiap titiknya dikodekan oleh 8 rangkaian angka 0 dan 1 tadi, dan kode
itu didefinisikan sebagai warna tertentu. Jadi, foto tersebut merupakan kumpulan
12 juta titik yang setiap titiknya merupakan kode dari sebuah warna (sering
disebut dengan 12 juta warna).
Dengan semakin berkembangnya
tenaga ahli bidang komputer (computer
science), maka saat ini komputer bukan hanya dijadikan sebagai alat bantu
hitung saja, melainkan sudah merambah ke berbagai sendi kehidupan lainnya,
seperti untuk pendidikan, arsitektur, seni, ekonomi, komunikasi, transportasi,
dan banyak yang lainnya lagi, khususnya bidang hiburan (entertainment) seperti musik, games,
dan animasi.
Kita bisa membayangkan ketika
kita menggunakan HP, keluar-masuk pulsa sudah dipantau secara otomatis oleh
komputer di provider-nya, bagaimana
jika itu harus dilakukan secara manual oleh manusia ?. Berapa ribu orang
manusia yang harus bekerja di sana ?, kalau sekian banyak pegawainya, membutuhkan
ruang kerja sebesar apa ?, dan seterusnya. Jadilah komputer si ‘benda ajaib’
yang dibutuhkan banyak orang untuk membantu pekerjaan manusia. Beberapa
kelemahan manusia yang perlu bantuan komputer antara lain: (1) kecepatan dalam
menghitung, (2) kelelahan fisik, (3) kelelahan mental seperti jenuh, malas, bosan,
dan sebagainya, (4) ketelitian, (5) kekonsistenan, (6) kecepatan dalam menulis,
(7) kecepatan dalam komunikasi, transfer data, dan sebagainya. Namun demikian, tidak
semua peran manusia dapat digantikan komputer, khususnya peran “kekhalifahan”
di dunia ini. Peran tersebut antara lain (1) pelestarian keberadaan manusia
atau keturunannya, (2) pelestarian alam, dan hal-hal kemanusiaan (humanity) lainnya.
Karena perannya yang begitu
dahsyat, maka banyak peran kita sebagai individu maupun sebagai kelompok atau
komunitas banyak bisa dibantu oleh komputer. Mari kita amati bantuan komputer
(dalam arti luas = TIK) yang dapat kita rasakan dalam kehidupan kita
sehari-hari:
1. Ponsel. Dari bangun tidur sampai berangkat tidur lagi, ponsel tidak
bisa jauh-jauh dari jangkauan, baik sebagai alat komunikasi, alat menghitung,
alat bantu bangun (alarm), dan sebagai alat perekam catatan pribadi
(teks, video, foto);
2. Televisi. Media ini merupakan media yang paling sering ditonton
(menjadi media hiburan utama) orang, dan hampir sama dengan ponsel, sejak
bangun pagi hingga berangkat tidur lagi, televisi merupakan ‘teman akrab’ kita.
Apalagi bagi penggemar sepak bola, siaran langsung yang banyak ditayangkan dari
berbagai penjuru dunia di setiap saat, menjadikan televisi sebagai pemuas hati
penggemarnya;
3. Komputer, laptop, dan
sejenisnya. Ini merupakan alat kerja utama di setiap perusahaan. Hampir jarang
kita melihat mereka bekerja dengan mesin ketik atau tulis tangan (kecuali dalam
hal-hal khusus). Tidak lengkap memang jika komputer tidak dihubungkan (connected) dengan internet, karena
dengan internet, kita bisa melakukan berbagai hal lainnya, seperti teleconference, melakukan penawaran, memasarkan
produk, mencari berita, mendengarkan siaran radio, dan berbagai kegiatan
lainnya;
4. Printer. Alat pencetak ini bisa menulis (baca: mencetak) tulisan jauh lebih
cepat dari manusia menulis, lebih konsisten bentuk tulisannya, lebih rapi, dan
jauh lebih kuat (tahan lama) dibanding
dengan kekuatan manusia untuk menulis;
5. Lift.
Alat ini tampak sederhana, ketika kita menekan tombol “9” maka lift tersebut akan mengantarkan kita ke
lantai 9. Pernahkan terbayangkan, jika kita sudah mencapai lantai 9 lalu ada dua
orang yang berada di lantai berbeda menekan tombol yang berlainan pula,
misalkan si A yang berada di lantai 12 menekan tombol “turun” dan si B yang
berada di lantai 8 menekan tombol “naik,” ke manakah lift itu akan menuju ?;
6. Magic Jar. Mesin penanak nasi ini sangat
membantu kita, kita tidak perlu membuka tutupnya berkali-kali untuk melihat
nasinya sudah masak atau belum. Kalau sudah kita masukkan beras dan air sesuai
takarannya, maka urusan selanjutnya biar ia saja yang mengerjakan;
7. Video player, CD/ DVD player, game player. Kita bisa
mendengar musik, menonton film, atau bermain games untuk menyalurkan hobi atau sekadar mencari huburan. Dengan
teknologi yang semakin maju, maka suara yang dihasilkan akan semakin jernih,
gambar yang dilihat semakin tajam, dan gerakan animasi yang dihasilkan semakin
halus (smooth);
8. ATM. Jika kita memiliki kartu ATM (anjungan tunai mandiri atau automatic teller machine), maka kita
tidak perlu ‘menghadap’ kasir bank untuk mengambil uang kita. Jadi, kita tidak
perlu menunggu kantor bank buka, atau menunggu antrean di kasir, tapi cukup
mendatangi ATM, dan uangpun dapat kita terima tanpa perlu berbasa-basi dengan
kasirnya.
Tentu saja, pada waktu berikutnya kecanggihan-kecanggihhan itu akan
semakin melenakan kita. Misalkan saja, kulkas kita akan diberi ‘sentuhan TIK’
sehingga jika jumlah telur di kulkas yang kita miliki sudah di bawah stok
minimum yang sudah kita tetapkan, maka ‘si kulkas’ akan menghubungi toko
langganan kita untuk memesannya. Atau, ketika ada orang yang masuk ke halaman
rumah kita namun wajahnya tidak dikenali, maka otomatis alarm akan berdering
atau bahkan ‘si alarm’ langsung menghubungi kantor polisi.
D.
DUNIA DIGITAL YANG BERBISA
Ternyata, di luar keelokannya, di luar pesonanya, dunia digital
memiliki bisa yang cukup ampuh untuk melumpuhkan mangsanya. Mangsa-mangsa dunia
digital (termasuk di dalamnya, TIK) adalah mereka yang mudah terlena, terbuai,
terpedaya, atau singkatnya “lemah iman.” Penyerangan itu terjadi mulai dari
anak-anak balita hingga orang-orang lanjut usia.
Singkatnya, ada yang diserang melalui jalur hobi, sehingga menjadi
semakin kecanduan, semakin ketagihan hingga ia menjadi sangat tergantung dengan
perangkat itu. Sebut saja, seorang anak yang keranjingan bermain games
di komputernya, ia seakan tidak ingat waktu lagi, mulai dari pagi hingga malam
hari, bahkan sempat mencuri-curi waktu di tengah malam ketika kedua
orang-tuanya sudah tertidur, yang ia pikirkan hanyalah memainkan games tersebut. Efek negatif yang
ditimbulkannya bisa beragam, mulai dari obesitas (kegemukan karena kurang
gerak) atau sebaliknya menjadi kurus karena tidak nafsu makan, kurang peduli
lingkungan, kurang bersosialisasi, nilai pelajarannya turun, dan sebagainya.
Bisa dunia digital lainnya adalah menjadikan seseorang memiliki jiwa atau
perilaku konsumtif. Perhatikan saja di sekeliling kita, mereka saling berlomba
memiliki HP yang tercanggih atau termahal. Padahal, HP itu belum tentu
bermanfaat bagi dirinya. Justru pasar TIK memang menggiurkan mereka yang
berjiwa konsumtif ini karena hampir setiap saat para produsen selalu
mengeluarkan produk-produk baru mereka yang semakin canggih. Bisa diperkirakan,
berapa mereka mengeluarkan biaya untuk mengisi pulsa per bulannya, padahal
kebanyakan dari mereka adalah anak-anak atau remaja yang belum memiliki
penghasilan. Jika budaya ini terus didiamkan, maka dapat dipastikan devisa
negara akan banyak mengalir ke negara-negara produsen. Jika tidak diimbangi
dengan produktivitas bangsa (meningkatkan ekspor produk dalam negeri), maka
utang negara akan terus menumpuk untuk membiayai ‘omong kosong’ melalui HP itu.
Efek domino dari perilaku konsumtif ini adalah semakin maraknya
pelacuran di usia belia (bawah umur). Karena mereka ingin sekali memiliki HP
tipe tertentu agar tidak dicemooh atau diledek teman-temannya, sedangkan ia dan
orang-tuanya tidak memiliki dana yang cukup untuk itu, maka jalan pintas ia
(mereka) tempuh. Bahaya lain dari perilaku konsumtif ini adalah melakukan
pencurian atau penipuan agar apa yang ingin diperolehnya dapat terwujud, atau setidaknya ia mencari barang curian yang
tentu harganya menjadi jauh lebih murah (sebagai penadah).
Bisa lain dari dunia digital adalah maraknya penipuan melalui dunia
maya. Di dunia maya, kita bisa menjadi siapapun. Ini yang menjadi sasaran empuk
para penjahat. Secara sederhana saja, di situs pertemanan (jejaring sosial),
kita bisa mencari jutaan teman di seluruh dunia dalam waktu sesaat. Kita bisa
memperkenalkan diri sebagai siapapun dan bisa memasang foto yang paling keren
atau paling tampan/ cantik, sekalipun itu bukan foto kita.
Bagi pembaca yang masih awam, tentu saja ia (mereka) akan senang sekali
mendapat perkenalan dari seseorang yang sesuai dengan ‘seleranya.’ Mulai dari chatting hingga akhirnya bisa ‘copy darat.’ Memang banyak yang mendapat
jodoh dari sana (yang kebetulan orang-orang jujur), namun tak sedikit yang
tertipu, mulai dari tertipu harta hingga tertipu keyakinannya. Bahkan ada
seorang remaja putri yang amat jatuh cinta kepada seseorang dan akan bunuh diri
jika kedua orang-tuanya tidak merestui ia menikah dengannya, padahal seseorang
itu belum pernah bertemu secara fisik sekalipun.
Dengan TIK, orang bisa menawarkan barang dan jasa melalui dunia maya,
orang bisa mencari jawaban apapun di sana, orang bisa mendapatkan informasi
apapun dari sana, baik informasi yang bermanfaat (positif), maupun informasi
yang merugikan (negatif). Orang bisa
belajar merakit bom, orang bisa melihat video peristiwa teoris di menara
kembar WTC di Amerika Serikat dulu, orang bisa melihat kehidupan di dalam laut,
dan sebagainya.
Dua sisi manusia bisa dipuaskan melalui internet, sisi positif maupun
sisi negatif. Kita bisa menyaksikan rancangan baju terbaru dari desainer dunia,
namun kita juga bisa menyaksikan model-model tanpa busana. Dengan internet
serasa ‘dunia berada di ujung jari,’
informasi apapun bisa kita dapati meski harus melintas batas negara,
batas bangsa, batas agama, atau batas-batas apapun. Informasi bisa kita peroleh
dari belahan dunia manapun dan masuk hingga ke kamar tidur kita, dan dengan ujung-ujung
jari, kita bisa lihat, baca, atau dengarkan informasi tersebut.
E.
AYO BENTENGI GENERASI MUDA
TIK
merupakan lambang sebuah kemajuan peradaban manusia, suka tidak suka, mau tidak
mau, kemajuan itu akan selalu ada dan kita tidak kuasa untuk menolaknya. Efek
dari setiap perubahan jaman selalu memiliki dua sisi yang berlawanan, positif
dan negatif. Seberapa seseorang dapat menyerap sisi positif atau sebaliknya,
adalah bergantung pada diri dan lingkungannya. Bagi seorang anak, maka
lingkungan umumnya adalah keluarga, teman-teman di sekelilingnya (tetangga),
dan sekolah.
Benteng utama dari seorang anak
adalah orang tua dan gurunya. Bagi orang tua, tugas membentengi anak bisa
berupa:
1. Mengawasi penggunaannya. Letakkan piranti TIK (komputer, internet, play station, televisi, video/ audio player, dll.) di ruang berkumpulnya
keluarga, bisa di ruang keluarga, atau ruang tamu;
2. Melakukan bimbingan atau menemani saat beraktivitas menggunakan TIK.
Tanamkan (bukan dengan cara memarahi) bahwa hal-hal tertentu belum boleh atau
tidak boleh dilakukan, sehingga si anak dengan sadar atau secara otomatis tidak
akan mengakses atau segera meninggalkan konten-konten TIK yang tidak pantas
untuknya;
3.
Memilihkan teman-teman pergaulan
bagi anak-anaknya, dan bekerja sama dengan orang-tua dari teman-temannya untuk
saling mengawasi pergaulan mereka;
4. Memilihkan sekolah yang sudah dikenal memiliki perhatian yang baik
terhadap anak didik dan aktif berkoordinasi dengan orang tua dalam mengawasi
perkembangan sikap dan mental anaknya selain perkembangan intelektual
(akademis)nya;
5. Memberikan porsi kegiatan yang cukup bagi anak-anaknya, misalkan ada
kegiatan olah raga, seni-budaya, keterampilan, les pelajaran, pengajian, dan
sebagainya;
6. Memeriksa tas dan kondisi fisiknya setiap hari, dan pada beberapa
kesempatan menanyakan kepada teman-temannya tentang sikap, perilaku, atau
kondisi anaknya;
7.
Membiasakan si anak memiliki
akhlak yang mulia sejak dini.
Bagi guru/ tenaga kependidikan,
tugas membentengi anak didik bisa berupa:
1. Menyambut kedatangan anak-didik (penyerahan tanggung-jawab dari orang
tua kepada dirinya) setiap hari;
2. Memberikan konseling atau bimbingan bila anak didik mengalami kesulitan
atau mendapatkan masalah;
3. Memberi contoh teladan dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan
kemuliaan akhlak;
4. Memberi wawasan dan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan, sehingga
si anak didik mampu menanamkan pada dirinya sendiri tentang tekad untuk
berhasil dan menghindari kegagalan (dalam berbagai aspek kehidupan);
5. Membiasakan si anak memiliki akhlak yang mulia sejak dini.
F.
PENUTUP
Memang,
banyak ajakan, godaan, dan pengaruh negatif dari kemajuan TIK, namun dengan
menanamkan moral yang baik kepada anak sejak dini, maka daya filter mereka akan
mencegah informasi yang buruk. Orang tua sebagai pemimpin anak-anaknya di
rumah, dan para pendidik sebagai pemimpin anak-anak didiknya harus mampu
memiliki visi (tujuan di depan) kepada si anak/ anak didik. Selanjutnya,
mengarahkan sambil mencontohkan (misi) bagaimana berjalan di jalan yang benar
untuk mencapai visi tadi. Mengarahkan dan mencontohkan membutuhkan proses,
tidak dapat terjadi dalam sekejap, maka diperlukan tahapan-tahapan pencapaian (stepping stones) dalam bentuk
program-program jangka pendek.
Kendala-kendala untuk menanamkan
karakter kepada seseorang memang tidak sedikit, karenanya memerlukan waktu yang
relatif lama. Jika kita tidak dapat melihat hasil didikan kita (karena waktunya
panjang), setidaknya, kita dapat mengamati dan menikmati prosesnya. Berbuat
baik memang sulit, tidak semudah berbuat jahat, namun “berkata bohong” yang
memerlukan energi yang jauh lebih besar saja dapat dilakukan dengan mudah,
apalagi harus “berkata jujur”, namun tantangan berkata jujur itu saat ini
sangat berat (dan banyak musuhnya).
G. DISKUSI
Selain TIK, bidang-bidang apa saya yang mempengaruhi
pendidikan moral bangsa di Indonesia ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar