Selasa, 06 November 2012

Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional "Gobak Sodor" untuk Anak Sekolah Dasar



NILAI-NILAI  KARAKTER DALAM PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

Oleh: Dr. Widyo Nugroho
Akademi Komunikasi Media Radio Televisi  dan Periklanan GLOBALMEDIA


1.      Pendahuluan :

Perubahan kondisi sosial-ekonomi yang dipacu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, membawa serta peruban–perubahan dalam cara berpikir, cara menghadapi hidup dan kehidupan ini. Salah satu perubahan terlihat dengan  semakin memudarnya rasa kemanusiaan, empati dan saling menghargai pada sesama manusia, belum lagi memudarnya sikap disiplin, jujur, rasa nasionalisme, kurang menghargai budaya lokal, atau pun primordialisme yang tak terkendali.
Fenomena negatif ini juga menular, tumbuh dan menyebar di lingkungan pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik (kognitif, afektif, psikomotor). Kenyataan pendidikan bahwa kemampuan yang dikembangkan tepusat pada hafalan pengetahuan, potensi lain seperti kognitif tinggi (berpikir) nilai/sikap dan kebiasaan serta ketrampilan psikomotorik tidak mendapatkan perhatian selayaknya
Berbagai perilaku siswa, seperti: mencontek; tawuran atau pergaulan bebas terjadi di berbagi kalangan di Indonesia.. Misalnya, data menunjukkan bahwa sebanyak 4,7 % dari total pelajar dan mahasiswa di Indonesia adalah pengguna narkoba,   dan Badan Narkotika Nasional memperkirakan tahun 2015 akan meningkat sebanyak 2,8 % Belum lagi data mengenai kekerasan di lingkungan sekolah yang menduduki peringkat kedua dalam penanganan kasus kekerasan pada anak.
Melihat kondisi demikian,  Pemerintah memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pemerintah melalui mengeluarkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015, yang menjadi salah satu arus utama pembangunan nasional. Kita sadari, pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu, ketrampilan, dan teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya; kepribadianm etik, moral dan lain-lain.
Penetrasi Globalisasi
 
Dalam kajian ini pendidikan karakter yang diamati bukanlah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, melainkan nilai-nilai apa yang didapat anak di sekolah melalui muatan lokal yaitu rumpun budaya, ketrampilan dan rumpun pendidikan lingkungan, khususnya permainan tradisional yg terdapat di sekolah. yang dapat membentuk karakter siswa. Selain mulok permainan tradisional, pendidikan nilai budaya di masyarakat, pendidikan dirmah dan proses pembelajaran di lingkungna sekolah yang membentuk karakter anak-anak SD, terdapat juga penetrasi nilai-nilai globalisasi yang dapat membentuk karakter siswa




















 









2.      Tinjauan Pustaka

  1. Pendidikan karakter
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.  Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.  
Sementara Pusat Kurikulum-Balitbang-Kementrian Pendidikan Nasional dalam Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa mengemukakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan definisi karakter, dengan merujuk pada Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Sedangkan, karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Menurut Elkind & Sweet (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”

Pada latar makro, program pengembangan nilai/karakter dapat digambarkan sebagai berikut

Pada konteks mikro, pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan formal dan nonformal secara holistik. Satuan pendidikan formal dan nonformal merupakan wilayah utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter. Pendidikan seharusnya melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.

B.     Permainan tradisional
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb. Dalam pelaksanaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lajim disebut sebagai seni tradisional
 Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999), memberikan manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan budaya bangsa (Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak (Krisdyatmiko, 1999). Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium Nasional, 2005) bahwa permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak
Permainan tradisional merupakan kekayaan khasanah budaya lokal, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jika dihitung mungkin terdapat lebih dari ribuan jenis permainan yang berkembang di negara kita, yang merupakan hasil pemikiran, kreativitas, prakarsa coba-coba, termasuk hasil olah budi para pendahulu kita, yang jika didokumentasikan akan sangat mencengangkan kita. Pertanyaannya, kemanakah semua jenis permainan tradisional tersebut? Ketika anak anak kita tengah gencar-gencarnya diserbu oleh permainan modern melalui tayangan televisi, justru permainan tradisional dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dewasa ini sudah tidak dikenal dan tidak diperkenalkan lagi oleh para guru penjas
Gobak sodor merupakan salah satu jenis permainan rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat jawa. Kata gobak sodor berasal dari kata gobak yang berarti bergerak dengan bebas dan sodor yang berarti tombak tanpa mata tombak tajam. Sodor yang dimaksud dalam permainan ini adalah penjaga garis sumbu atau garis sodor yang membagi lapangan atau arena permainan menjadi dua. Sedang garis sodor merupakan lalu lintas si sodor untuk mempersempit ruang gerak para pemain yang sedang mentas sehingga mudah menyentuhnya. Lawan yang sudah tersentuh oleh sodor dianggap mati. Karena permainan gobak sodor merupakan permainan kelompok, maka apabila mati satu berarti mati semua karena tidak ada sistem menggantikan.
Permainan gobag sodor adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup. Cara melakukan permainan ini yaitu dengan membuat garis-garis penjagaan dengan kapur berbentuk kotak-kotak. Gobag sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang atau lebih. Aturan mainnya adalah mencegah lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik. Untuk menentukan siapa yang juara adalah seluruh anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan, caranya yang dijaga adalah garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. (www. permata-nusantara.blogspot.com).

3.      Metode Penelitian
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis secara empirik tentang pengembangan budaya lokal dalam menunjang pendidikan karakter di sekolah pada jenjang pendidikan dasar. Kajian ini menggunakan teknik pendekatan deskriptif analisis melalui observasi survey lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan dengan menggunakan instrument berupa pedoman wawancara, dan kuesioner, juga digunakan dokumentasi untuk mendukung kajian ini
Teknik pengumpulan data terdiri atas : 1). Kuesioner, yang disebarkan kepada:  Kepala Sekolah, Guru,  dan Siswa. 2). Wawancara mendalam, yaitu wawancara dalam suasana informal yang dilakukan secara berulang pada informan yang sama dengan pertanyaan semakin terfokus, sehingga diperoleh data yang semakin rinci.  Wawancara ini sering dikenal sebagai in-depth interview, yang dilakukan terhadap: a) Kepala sekolah; b)  Guru;  dan c) Siswa;. 3).Mendokumentasikan, yaitu membuat dokumentasi film tentang permainan gobak sodor yang dilakukan
instrument yang digunakan, ada 15 (lima belas) nilai-nilai karakter siswa yang dianalisis dari kumpulan data lapangan yang diperoleh pada setiap responden.

                            Tabel 1
Daftar Nilai-nilai Karakter yang Dianalisis
HUBUNGAN  NILAI
NO
NILAI-NILAI KARAKTER
Hubungan dengan Diri Sendiri
1
Nilai  Jujur
2
Nilai  Bertanggung Jawab
3
Nilai  Bergaya Hidup Sehat
4
Nilai  Disiplin
5
Nilai  Kerja Keras
6
Nilai  Percaya Diri
7
Nilai  Mandiri
8
Nilai  Ingin Tahu
Hubungan dengan Sesama
9
Nilai  Sadar akan Hak & Kewajiban diri dan orang lain
10
Nilai  Patuh pada aturan-aturan social
11
Nilai  Santun
12
Nilai  Demokratis
Hubungan dengan Lingkungan
13
Nilai  Peduli Lingkungan & Peduli Sosial
Nilai Kebangsaan
14
Nilai  Nasionalis
15
Nilai  Menghargai Keberagaman


  1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter  yang terkandung dalam permainan tradisional gobak sodor  meliputi: (1) Nilai yang berhubungan dengan diri sendiri.
No
Nilai
Implementasi Dalam Permainan
1
Jujur
Jika berada dalam kelompok yang mentas mengakui jika tersentuh lawan atau melewati batas mati. Dan jika berada dalam kelompok jaga garis, tidak berbuat curang dengan keluar dari garis penjagaan.
2
Bertanggung jawab
Melakukan tugas jaga garis dengan baik sesuai perannya masing-masing, sebagai anggota kelompok yang menjaga garis horizontal ataupun jaga garis vertikal.
3
Bergaya hidup sehat

Sebagai anggota tim yang menjaga garis berlari  mengejar lawan dan sebagai anggota kelompok yang mentas harus menghindari sentuhan lawan merupakan kegiatan yang memerlukan tenaga sama seperti kegiatan berolahraga.
4
Disiplin

Anak-anak mematuhi ketentuan dan peraturan dalam permainan gobak sodor.
5
Kerja keras

Anak-anak berusaha keras menerobos garis-garis yang dijaga lawan untuk mendapatkan nilai dan kemenangan. Kerja keras ditunjukkan kelompok yang sedang jaga garis dengan berusaha mengejar anggota kelompok yang sedang mentas untuk menyentuhnya agar keadaan menjadi berbalik.
6
Percaya diri

Ketika mulai bermain anak-anak tidak pernah berpikir untuk kalah duluan, mereka yakin terhadap kemampuannya untuk menang dan dengan berani menghadapi lawan dalam permainan.
7
Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
Gobak sodor merangsang aktivitas berpikir menentukan strategi untuk menerobos garis penjagaan lawan, melihat situasi dan kondisi mengambil kesempatan, mengecoh lawan dan memikirkan bagaimana cara memperoleh kemenangan tanpa tersentuh penjaga garis.

(2) Nilai yang berhubungan dengan sesama.
No
Nilai
Implementasi dalam permainan
1
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain dalam permainan. Melintas di garis yang telah dibuat adalah kewajiban penjaga garis, dan hak anggota kelompok yang mentas melewati garis penjagaan tersebut melalui jalur manapun selama masih dalam arena permainan gobak sodor.
2
Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat pada aturan-aturan permainan serta keputusan bersama yang telah disepakati bersama dalam bermain.
3
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Menerima kekalahan dan menghargai kemenangan tim lawan.
4
Demokratis

Anak-anak berunding menentukan permainan yang akan dimainkan, membagi anggota kelompok dengan hompimpah dan menetukan kelompok pertama yang mentas dengan suit antara ketua kelompok.

(3) Nilai yang berhubungan dengan lingkungan,
No
Nilai
Implementasi dalam Permainan
1
Peduli lingkungan dan peduli sosial
meski tidak selalu dilakukan di luar ruangan namun permainan tradisional yang sangat dekat dengan unsur-unsur alam, baik dalam hal tempat bermain seperti gobak sodor maupun alat-alat permainan yang digunakan dalam permainan tradisional lainnya, berperan penting dalam mendekatkan manusia dengan dunia alamiahnya dan mendatangkan pengertian yang lebih dalam tentang tempat yang mereka jadikan tempat tinggal ini sebagai pengetahuan ekologi yang bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai jiwa dari kehidupan.

(4) Nilai kebangsaan.
No
Nilai
Implementasi dalam Permainan
1
Nasionalis
Dengan sering memainkan permainan tradisional seperti gobak sodor, anak-anak ikut melestarikan salah satu kebudayaan bangsa.
2
Menghargai keberagaman
Dalam bermain gobak sodor anak-anak tidak memandang hal-hal yang berkaitan dengan golongan ataupun kasta, agama, usia, warna kulit dan sebagainya.

  1. Kesimpulan dan saran
Gobag sodor merupakan salah satu permainan rakyat yang dapat menjadi sumber tata nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Selain pendidikan nilai-nilai budaya di masyarakat, atau pendidikan dirumah dan juga proses pembelajaran di sekolah
Penelitian ini masih bisa dikembangkan lagi karena terbentuknya karakter pada anak-anak banyak dipengaruhi oleh factor lain

  1. Daftar Pustaka
4.     Desain Induk Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:7.
5.     Iswinarti. (2005). Identifikasi permainan tradisional Indonesia. Laporan hasil survey. Malang: Fakultas Psikologi UMM
6.    Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010:10Direktorat Pembinaan SMP-Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan
7.    Karakter di Sekolah Menengah Pertama: Panduan, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:13
8.    Krisdyatmiko, (1999). Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM
9.    Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, Badan Penelitian & Pengembangan-Pusat Kurikulum, Kemdiknas, 2010:3
10. Sedyawati, E. (1999). Permainan Anak-anak sebagai Aspek Budaya. Editor: Krisdyatmiko. Dolanan anak: Refleksi budaya dan wahana tumbuhkembang anak. Yogyakarta: Plan International Indonesia-Yogyakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM.



1 komentar: