Oleh: Timothy
Wibowo
http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/
Sebelum
kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta
berikut:
- 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
- 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
- 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
- Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber
: Litbang Kompas
Kini
setelah membaca fakta di atas, apa yang ada di pikiran anda?. Cobalah melihat
lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan
saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca
kelakuan para pejabat negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan
sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan
hidup bangsa ini.
Bayangkan
apa persaingan yang muncul ditahun 2021?. Yang jelas itu akan menjadi
beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan
menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di dunia.
Bahkan kita yang masih akan berkarya di tahun tersebut akan merasakan perasaan
yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya
membutuhkan good character.
Bagaimanapun
juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian
di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti
tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk.
Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen
keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana
dengan bangsa kita?. Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang
sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi
penting yang mengelola roda perekonomian negara ini?. Apakah mereka sudah
menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita?. Bisakah kita percaya,
kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan
dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari
sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia
psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang
berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia
kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak
sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf
jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau
tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu.
Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang
maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Secara
tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan
evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, di sekolah pada umumnya tidak
diberikan pendidikan untuk mengatasi
persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada
survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun
beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah
kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu di dalam
diri atau di luar diri?. “Saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah”
lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan di sekolah,
agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya
tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh
perasaan tidak mampu di dalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh
keyakinannya yang salah.
Baiklah
kembali lagi ke topik, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Bagi
Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik
dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan
semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa
membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan
yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan
disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa
memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa
percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore
Roosevelt mengatakan: “To educate a
person in mind and not in morals is to educate a menace to society”
(Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah
ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar